RSUD Latemmamala Soppeng Tampilkan Peragaan Prosesi “Massunna” di Kirab Budaya La Pantau Matanna Tikka

RSUD Latemmamala Soppeng Tampilkan Peragaan Prosesi “Massunna” di Kirab Budaya La Pantau Matanna Tikka

Senin, 17 Juli 2023


SOPPENG, KAREBAKITA—Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) La Temmamala Soppeng Tampilkan peragaan prosesi Massunna (khitan) pada Kirab budaya Lapatau matanna tikka berlangsung di anjungan Mangkawani, Jl pemuda Kelurahan Botto Kecamatan Lalabata, Senin (17/7/2023)

Dihadapan sekertaris Daerah Andi Tenri Sessu sejumlah peserta kirab terdiri dari wakil direktur, manajemen dan staf kepala ruangan yang dipimpin langsung Direktur RSUD Latemmamala dr.Hj.Sitti Mudirusniah, M.Kes.,Sp.KJ memberikan penghormatan dan memperagakan prosesi khitan 


drg Yuliana Kepala bidang keperawatan RSUD Latemmamala membacakan sinopsis Khitan menyampaikan bahwa Dalam Islam, massunna’ (khitan) menjadi tuntutan karena menjadi kewajiban setiap orang muslim. 

Lanjut Yuliana mengimbuhkan Setiap kaum dan Nabi yang diutus oleh Allah swt digalakkan massunna’ (khitan) karena dapat menghindarkan penyakit dan menunaikan perintah Allah swt. 

Tradisi massunna’ (khitan) merupakan salah satu praktik kuno yang masih dipertahankan masyarakat sekarang untuk alasan-alasan agama atau sosial budaya.”Imbuhnya 

Karena mengikuti sunnah dari Rasulullah, sebagai kelanjutan dari ajaran Nabi Ibrahim as. Pelaksanaan khitan Nabi Ibrahim as, tersebut menjadi simbol dan petanda ikatan perjanjian suci (mitsaq) antara dia dengan Allah. 
Salah satu dari tradisi yang masih dipertahankan masyarakat Kabupaten Soppeng, sampai saat ini adalah praktik massunna’ (khitan) tradisional terhadap anak laki-laki dan anak perempuan.

Praktik ini merupakan warisan budaya dari nenek moyang yang secara turun temurun dan terus dilaksanakan hingga sekarang. Anak laki-laki dan perempuan sebelum menginjak usia remaja harus massunna’ (khitan) fungsinya untuk mensucikan dan membersihkan segala macam kotoran yang melekat di dalam diri anak tersebut. 

Massunna’ (khitan) biasanya dirangkaikan dengan ada upacara selamatan (maggau) karena menganggap bahwa massunna’ (khitan) ini harus dipublikasikan kepada masyarakat luas, sebab merupakan sebuah kehormatan bagi keluarga yang bersangkutan. (**)