Wartawan Tiga Zaman Telah Tiada

Wartawan Tiga Zaman Telah Tiada

Senin, 20 Juli 2020

Alm Andi Burhanuddin Amin

Karebakita.com.Makassar-Kabar wafatnya Alm Andi Burhanuddin Amin mengejutkan insan pers dan wartawan di Sulsel karena kehilangan sosok jurnalis senior yang  idealis dengan profesinya.
Alm Andi Burhanuddin Amin di lahirkan di Soppeng 6 Juni 1946 dari pasangan Muhammad Amin dengan Hajjah Mamara,  Burhanuddin kecil hanya punya cita cita sederhana, Ingin jabatan yang sedikit lebih tinggi dari ayahnya yang polisi waktu itu, Kepolisian di bawah Kejaksaan. Kira-kira posisi yang dimaksudkan adalah menjadi jaksa. Profesi wartawan tidak pernah terlintas dalam benaknya sebagai pilihan hidupnya kelak.


Bur, demikian ayah dari 12 anak berikut 6 cucu ini akrab disapa, menjalani pendidikan SR ( SD) Sekarang ) Lariang Bangngi Makassar. Dulu sekolahnya di Jalan Veteran Utara, di belakang kantor Telkom, kini sudah tidak ada. Alm Burhanuddin Amin tamatan SMP Negeri di Sengkang Kab Wajo, kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Hakim Djaksa (SHD) Jurusan Jaksa di Makassar.


Ketika melanjutkan pendidikan ke  SHD alm Burhanuddin Amin memperoleh beasiswa, SHD di Makassar ketika itu merupakan salah satu dari lima sekolah serupa di tanah air ( yang lainnya di Malang, Bandung , Medan  dan Jakarta).


Ketika dinyatakan lulus tahun 1965 /1966,Bur dinyatakan masuk 10 peserta yang lulus dengan predikat terbaik seluruh Indonesia. Sayangnya, SHD, almamaternya, ditutup tahun 1970.


Sambil menunggu Surat Keputusan (SK) pengangkatan sebagai Jaksa , alm iseng - iseng melamar di Harian Tanah Air, yang memimpin media ini saat itu adalah Abdulrazak Mattalioe (alm.). Alm memulai karier jurnalistik sebagai korektor.


Bermodalkan pengalaman sebagai korektor dan menyimak cara wartawan membuat berita yang selalu dikoreksinya. Alm pun mencoba membuat berita hasil liputan, ucap Alm Andi Burhanuddin Amin sewaktu masih  hidup di kantor redaksi Indonesia Pos di Jl . Bau Mangga l Nomor 4 Makassar 14 Februari 2009 . Bermodal pengalaman sebagai korektor dan menyimak cara wartawan membuat berita yang selalu dikoreksinya, Alm Bur pun mencoba membuat berita hasil liputannya. Ah, kau cocok menjadi reporter kota ," kata Idrus Effendi begitu melihat berita yang disusun Bur .


Bur pun menempati posisi barunya, sebagai reporter kota. Ketika itu ,wartawan masih kurang. Suatu ketika, antara tahun 1965 - 1966 , Gubernur Sulawesi Selatan A. Rivai memerlukan tenaga wartawan yang akan menyertainya ke daerah. Bur yang semestinya meliput masalah kota, tak luput dari penugasan. Mengikuti kunjungan kerja Gubernur, Sekembali dari meliput kunjungan tersebut, seperti biasa, para wartawan menurunkan reportasenya. Akhirnya, lagi - lagi Bur ditarik menjadi wartawan.


Razak Mattalioe kemudian menerbitkan satu majalah, Manipol namanya . Mengetahui Bur memiliki kemampuan jurnalistik yang memadai, pak Razak Mattalio menggaet dia sebagai redaktur pelaksana. Rupanya Razak tertarik dengan reportase kunjungan Gubernur yang ditulis alm Bur .


Ketika terlibat sebagai redaktur pelaksana Manipol, Bur mulai berkenalan dengan Rahman Arge, yang juga pemimpin Redaksi majalah tersebut . Disitu pula alm Bur mengenal seorang Arsal Alhabsy dan Harun Rasyid Djibe ( memimpin Mingguan Ekspres ) .


Ketika itu , PWI Pusat menggelar upgrading ( peningkatan ) wartawan tingkat nasional. Bur ditunjuk mewakili Manipol, bergabung dengan 13 orang peserta lainnya dari Sulawesi Selatan. Di antara wartawan yang ikut dalam pelatihan yang dibuka Bung Karno tahun 1966 di Istana Bogor itu, antara lain Rahman Arge, Razak Mattalioe, Rudi Abdullah.
Alm Burhanuddin Amin wafat senin tanggal 20 juli 2020 di kediamannya Jalan Tidung 7 kota Makassar dalam usia 74 tahun dan akan dikebumikan selasa hari ini 21 Juli 2020 di pemakaman keluarga di Kabupaten Gowa. Selamat jalan Andi Burhanuddin Amin, jasamu akan selalu dikenang.


*QMH.KK*